09 September 2008

Jika Tia Melarang Ayah ke Kantor

Edit Posted by with 1 comment













Beberapa bulan lalu, ada dialog seru antara Tia dan ayah. Pagi, sepeti biasa, ayah sudah siap-siap mau berangkat, bawa ransel, dan berjalan ke arah sepeda motor. Mendadak Tia bertanya serius.

Ayah mau kemana?
Ya mau kerja. Cari uang, buat beli bonekanya Tia.

Ke yang dulu itu, yah?
Iya. Kamu masih ingat ya?

Masih. Yang naik sepeda motornya naik-naik itu kan?
Iya, pinter.

Ayah gak usah kerja po'o.
Loh, kalau ayah gak kerja gimana?

Mbak Tia gak seneng. Teman-temannya ayah a-at!
Temen yang mana? Nggak kok. Temennya ayah baik. Kamu kan udah pernah ketemu sama temen-temen ayah?

Aduh ayah ini. Mokong! Ini ae lho, main kereta api. Aku punya bagus kon. Bisa jalan-jalan. Ada rel-nya.
Nanti malem ya. Ayah pulang, trus main sama Mbak Tia. Tapi ayah mau sama yang ada pesawatnya. Yo'opo? Sekarang ayah tak kerja. Kalau ayah gak kerja, gak dapat duwit buat beli susu.

Gak! Temennya ayah a-at! Kantornya ayah banyak hantunya!
Waduh, nggak-nggak.

Lalu Tia lari, langsung mlungker di depan televisi. Tidak mau diajak ngomong sama ayah. Bahkan saat malam, ketika ayah tiba. Heran juga (tak lama berselang, baca blog AJI Surabaya sama blognya Om Totok. Aduhhh...)

1 komentar:

an kusnanto mengatakan...

hahaha
walo bener banyak hantunya, tapi tidak semua a-at lho tia, beneran...
nih om yang bagus ini contohnya, hehehe