Danielle Steel | PT Gramedia Pustaka Utama
Cerita ini diawali dengan pernikahan bahagia ketiga pasangan yang menjadi tokoh utama. Diana-Edward, Charlie-Barbie, dan pasangan tua Pilar dan Brad. Kehidupan di awal pernikahan benar-benar sempurna. Kehidupan yang nyaris didambakan setiap pasangan pengantin baru. Ekonomi mapan, keterikatan dan keserasian secara fisik maupun psikis yang membuat ketiganya mabuk kepayang.
Namun kebahagiaan itu ternyata berlangsung hanya sesaat. Persis ketika salah satu dari masing-masing pasangan mendambakan kehadiran seorang bayi.
Edward bahkan rela meminjam rahim seorang wanita lain demi memperoleh keturunan. Keputusan yang harus dibayar mahal, mengingat Diana telah dinyatakan steril oleh dokter. Pernikahan mereka di ambang kehancuran. Demikian pula dengan Barbie dan Charlie. Mereka benar-benar harus bercerai. Ternyata Barbie tak memliki tujuan hidup yang sejalan dengan Charlie. Hal ini membuat Charlie benar-benar terpukul. Charliepun divonis tak mampu memberikan keturunan alias mandul.
Bagaimana dengan pasangan Pilar dan Brad? Merekapun harus menjalani cobaan yang tak kalah berliku demi menemukan kebahagiaan yang mereka dambakan. Apalagi usia Pilar yang sudah tidak memungkinkan untuk menjalani proses kehamilan hingga persalinan. Mereka sempat beranggapan tak mungkin memiliki anak karena mereka terlihat lebih pantas menimang cucu.
Danielle mencoba menghadirkan dinamika kehidupan pasangan perkotaan yang modern. Yang rela melakukan apa saja untuk memperoleh kesempurnaan hidup. Ketiga pasangan digambarkan benar-benar frustasi ketika mereka mulai dihantui angan memiliki keturunan. Meski akhirnya mereka harus tetap mengalah pada takdir.
Novel ini mencoba menghadirkan beberapa pilihan dalam dunia kedokteran terutama bagi mereka yang mengalami masalah kesuburan. Ada beberapa alternatif yang coba dihadirkan Danielle agar pasangan bisa memperoleh keturunan termasuk salah satunya Vertilisasi In Vitro. Mungkin pengetahuan anda seputar kehamilan akan bertambah setelah membaca novel ini. Hanya saja beberapa alternatif jalan keluarnya mungkin tak bisa dilakukan di Indonesia.
03 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar