Beberapa hari yang lalu rumah kami disambangi banjir. Siang itu hujan turun tak henti. Air mulai meninggi. Ayah dan Ibu ketar-ketir. Air merambat masuk melewati pagar rumah. Bahkan beberapa rumah tetangga mulai kebanjiran. Komplek kami saat itu sudah tergenang lebih dari mata kaki.
Maklum hujan kali ini memang begitu deras dan kurun waktunya lumayan lama. Biasanya jika hujan turun, kami dan para tetangga santai saja. Karena komplek kami memang tak pernah kebanjiran. Namun sepertinya hari itu kami harus merasakan juga ‘nikmatnya’ kebanjiran. Terutama Tia.
Ketika semua mulai panik mencoba menyelamatkan barang-barang, Tia tetap saja asyik mengamati air yang terus naik. Ibu mulai curiga karena Tia mengamati air sambil tersenyum. Air terus merambat masuk dan memenuhi teras rumah. Semakin tinggi. Langsung saja Tia berlari ke arah Ibu dan Ayah sambil bertanya, “Mbak Tia boleh berenang ya......”.
Ayah dan Ibu tak sempat melarang. Tia langsung menceburkan diri dan asyik menikmati ‘kolam renangnya’. Tia begitu senang bermain air. Bahkan dia memboyong semua mainannya untuk diikutsertakan dalam kegiatan berenangnya. Mulai dari bola plastik kecil warna-warni hingga aneka satwa kesayangannya. Binatang-binatang kecil yang selalu dibawanya ketika mandi.
Tiba-tiba saja Tia tertegun. “Yah, kok airnya ada yang warna-warni?”, tanya Tia. Ayah menghampiri dan melihat genangan air di dekat kaki Tia. “Oh, itu tandanya airnya tercampur bensin. Kayak pelangi ya. Mau buat pelangi lagi?”, tanya Ayah. Dan tak berapa lama kemudian Ayah dan Tia asyik membuat pelangi dari tetesan bensin. Tia tertawa-tawa. “Pelangi kok di atas air ya, Yah”, Tia nyeletuk. Keduanya tak menghiraukan Ibu yang terus ngomel-ngomel kerepotan akibat banjir.
03 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar